A. KEUTAMAAN QIYAMULLAIL MENURUT AL-QUR’AN
1. Merupakan perintah Allah kepada Rasulullah SAW
“Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu
ibadah tambahan bagimu, semoga Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang
terpuji”
(Q.S. Al-Isra’ : 79)
Ini merupakan perintah Allah khusus kepada Rasulullah SAW, tetapi
sebagai generasinya kita semestinya mengikuti tuntunan dan
meneladaninya.
2. Membiasakan diri melakukan qiyamullail adalah ciri-ciri orang baik yang patut mendapatkan kebaikan dan rahmat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman
(syurga) dan di mata ari-mata air seraya mengambil apa yang diberikan
kepada mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di
dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur
di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada
Allah)”. (Q.S. Adz-Dzariyat : 15 – 18).
3. Allah SWT memuji mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang berbakti.
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang-orang
yang melewatkan malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb
mereka”. (Q.S. Al-Furqan : 63-64)
4. Allah SWT memberi kesaksian bahwa mereka beriman kepada ayat-ayat-Nya.
“Sesunggguhnya orang-orang yang beriman dengan ayt-ayat Kami, adalah
orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami) mereka
menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka
tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya,
sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan
mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada
mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata
sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S.
As-Sajdah : 15-17).
5. Allah SWT menolak menyamakan mereka dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat seperti mereka.
“(Apakah kamu, hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?
Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar : 9)
6. Menjadikan seseorang sabar dan kokoh imannya
“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabb-mu, dan
janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa dan orang kafir diantara
mereka. Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan
pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya, dan bertasbihlah
kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari”. (Q.S. Al-Insan :
24-26)
B. KEUTAMAAN QIYAMULLAIL MENURUT AS-SUNNAH
1. Allah SWT senang dan meridhoi mereka.
“Tiga orang yang diridhoi Allah, seorang yang pada tengah malam bangun
dan shalat, suatu kaum (jamaah) yang bershaf untuk shalat dan suatu
kaum yang berbaris untuk berperang (fi sabilillah)”. (HR. Abu Ya’la)
2. Sahabat Salman Al-Farisi r.a. berkata: Rasulullah bersabda:
“Hendaklah kamu melakukan qiyamullail, karena ia sesungguhnya kebiasaan
orang-orang shaleh sebelum kamu; dapat mendekatkan kamu kepada Rabb-mu;
menghapus keburukan-keburukan; mencegah dari perbuatan dosa dan
mengusir penyakit dari tubuh”.
3. Sahabat Sahal bin Saad r.a. berkata: Rasulullah didatangi Malaikat
Jibril yang kemudian berkata kepadanya: “Hiduplah sesukamu, namun
engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu, namun engkau pasti diganjar
(baik atau buruk); dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun pasti
engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin
tergantung dari shalat malamnya, dan kehormatannya (harga dirinya)
tergantung dari ketidakbutuhannya kepada orang lain”. (HR. Thabrani)
4. Sahabat Abdullah bin Muslim berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Wahai manusia, sebar luaskanlah salam, berilah santunan
makanan, hubungkanlah tali silaturrahim, dan kerjakanlah shalat malam
pada saat orang-orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk syurga
dengan tenteram”. (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi).
5. Aisyah r.a. berkata: Adalah Nabi SAW bangun shalat malam hingga
merekah kakinya, maka saya tegur: Mengapakah berbuat demikian padahal
Tuhan telah mengampunkan bagimu dosa yang telah lalu dan yang akan
datang? Jawab Nabi: Tidakkah sudah selayaknya saya menjadi hamba yang
bersyukur kepada-Nya. (HR. Bukhari-Muslim).
6. Ali r.a. berkata: Ketika ia tidur bersama Fatimah tiba-tiba Nabi SAW
mengetuk pintunya sambil berkata: Tidakkah bangun kamu untuk shalat
berdua. (Bukhari-Muslim).
7. Salim bin Abdullah bin Umar r.a. berkata: Ayah bercerita kepada saya
bahwa Rasulullah SAW berkata: Sebaik-baik orang Abdullah, andaikan ia
suka shalat malam. Berkata Salim: maka sejak itu Abdullah tiada tidur
malam kecuali sedikit sekali. (Bukhari-Muslim).
8. Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW berkata
kepadanya: Hai Abdullah jangan kau meniru Fulan, dahulunya ia bangun
shalat malam, dan kini meninggalkan shalat malam. (Bukhari-Muslim).
9. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Diceritakan kepada Rasulullah SAW, ada
orang ketiduran hingga pagi. Berkata Nabi: Itu orang telah dikencingi
oleh syetan, telinganya. (Bukhari-Muslim).
10. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Syaitan
mengikat di atas kepala salah satu kamu jika ia tidur, tiga bundelan,
pada tiap bundelan ia berkata: Masih jauh malam, maka tidurlah. Maka
apabila bangun dan berdzikir, terlepas satu bundelan; dan jika berwudlu
terlepas bundelan yang kedua, kemudian jika ia shalat terlepas semua
bundelan itu, sehingga ia berpagi-pagi tangkas riang gembira dan lapang
dada, kalau tidak, maka ia sempit dada dan malas. (HR. Bukhari-Muslim).
11. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Seutama-utama
puasa sesudah puasa Ramadhan ialah puasa sunnat pada bulan Muharram,
dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di
waktu malam. (HR. Muslim).
12. Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Shalat malam itu dua-dua
rakaat, maka apabila kuatir kedahuluan subuh berwitirlah dengan satu
rakaat. (HR. Bukhari-Muslim).
13. Anas r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW makan dalam sebulan hingga
kita sangka beliau tidak pernah puasa, dan adakalanya puasa pada bulan
itu hingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah makan (tidak puasa).
Demikian pula di waktu malam bila kau ingin melihat shalat Nabi pasti
kau dapat melihatnya, demikian pula bila kau ingin melihat tidur Nabi
akan dapat melihatnya. (HR. Bukhari).
14. Aisyah r.a. berkata: Biasa Rasulullah SAW shalat malam sebelas
rakaat, sujud satu kali sama dengan orang membaca lima puluh ayat dari
Qur’an, dan itu belum mengangkat kepala dari sujudnya, kemudian shalat
dua rakaat sebelum fajar (shalat shubuh), kemudian berbaring pada
pinggang kanannya, hingga datang mua’adzin memberitahu akan iqomat
untuk shalat. Yakni untuk shalat shubuh. (HR. Bukhari).
15. Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW tidak melebihi dari sebelas
rakaat shalat malam, baik di bulan Ramadhan atau lainnya, shalat empat
rakaat yang cukup lama dan sempurna (khusyu’), kemudian empat rakaat
yang sama lama dan sempurna khusyu’nya, kemudian shalat tiga rakaat.
Akupun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah apakah kau akan tidur sebelum
witir? Jawabnya: Hai Aisyah, kedua mataku terpejam, tetapi hatiku tetap
tidak tidur. (HR. Bukhari-Muslim).
16. Aisyah r.a. berkata: Biasa Nabi SAW tidur pada permulaan malam, dan
bangun pada akhir malam untuk shalat. (HR. Bukhari-Muslim).
17. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Pada suatu malam aku shalat bersama Nabi
SAW dan terlampau lama berdiri, sehingga timbul niat yang tidak baik
bagiku. Ketika ditanya: apakah niatmu? Jawab Ibnu Mas’ud: saya niat
akan duduk meninggalkan Rasulullah SAW. (HR. Bukhari-Muslim).
18. Jabir r.a. berkata: Rasulullah SAW ditanya: Apakah yang utama dalam shalat itu? Jawab Nabi: Lama berdiri. (HR. Muslim).
19. Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW
bersabda: Shalat yang paling disukai Allah ialah shalat Nabi Dawud,
demikian juga puasa yang disukai Allah ialah puasa Nabi Dawud. Ia tidur
setengah malam dan bangun sepertiganya, dan tidur seperenamnya. Dan
puasa sehari berbuka sehari. (HR. Bukhari-Muslim).
20. Jabir r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Pada waktu malam ada saat tiada seorang muslim yang dapat menemukannya
lalu ia sedang meminta kepada Allah sesuatu kebaikan, melainkan pasti
akan diberinya, baik kebaikan soal keduniaan atau akherat, dan saat itu
pada tiap malam. (HR. Muslim).
21. Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika bangun salah
satu kamu untuk shalat malam, hendaknya mendahului shalatnya dengan dua
rakaat. (HR. Muslim).
22. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika bangun shalat malam
membuka shalat dengan dua rakaat yang ringan. (HR. Muslim).
23. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika tidak shalat malam
karena sakit atau lain-lainnya, maka dibayarnya dengan shalat pada
siang harinya dua belas rakaat. (HR. Muslim).
24. Umar bin Al-Khattab r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa
yang ketiduran hingga tidak membaca wiridnya (hizibnya) atau sesuatu
kebiasaan amal kebaikan, lalu dibacanya diantara shubuh dan dhuhur,
maka tertulis baginya sama dengan dibacanya pada waktu malam. (HR.
Muslim).
25. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah kasih
pada orang laki-laki yang bangun shalat malam dan membangunkan
istrinya. Jika tidak suka bangun disiram air mukanya. Demikian pula
Allah kasih pada perempuan yang bangun shalat malam dan membangunkan
suaminya. Jika menolak maka disiramkan air di mukanya. (HR. Abu Daud).
26. Abu Hurairah r.a. dan Abu Sa’id r.a. berkata: Rasulullah SAW
bersabda: Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam, hingga
shalat keduanya dua rakaat, maka tercatat keduanya dalam golongan yang
selalu berdzikir. (HR. Abu Dawud).
27. Aisyah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika mengantuk salah satu
kamu dalam shalat, maka harus tidur, hingga hilang rasa ngantuknya.
Sebab seseorang jika shalat sambil mengantuk, mungkin akan membaca
istighfar berbalik mengutuk dirinya sendiri. (HR. Bukhari-Muslim).
28. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika bangun
salah satu kamu pada waktu malam untuk shalat, tiba-tiba berat bagi
lidahnya membaca Qur’an, karena masih ngantuk, hingga tidak mengerti
apa yang dibacanya, hendaknya kembali berbaring tidur. (HR. Muslim).
C. ADAB QIYAMULLAIL
1. Berniat melakukannya sebelum tidur. Dari sahabat Abi Darda r.a.
bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa mendatangi tempat tidurnya
dengan niat akan bangun tengah malam dan shalat lalu tertidur sampai
pagi, maka dicatatkan pahala atas niat dan tidurnya sebagai sadaqah
dari Rabb-nya”. (HR. Annasa’I dan Ibnu Majah).
2. Berusaha menghapus rasa kantuk setelah bangun tidur, lalu menggosok
gigi (bersiwak). Setelah berdo’a sebagaimana Nabi SAW berdo’a: “Tidak
ada Rabb kecuali Engkau. Maha suci Engkau. Ya Allah, aku mohon
ampunan-Mu atas dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu. Ya Allah, tambahkanlah
ilmu bagiku dan jangan Engkau memalingkan hatiku sesudah Engkau
memberiku hidayah, dan karuniakanlah dari sisi-Mu rahmat, sesungguhnya
Engkau Maha Pemberi Rahmat. Segala puji bagi Allah yang telah
menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan kepada-Nya-lah kami
dihimpun”. (HR. Abu Daud).
3. Berdo’a lagi dengan lafadz: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkau
(Pemberi) cahaya bagi langit, bumi dan segala isinya. Bagi-Mu segala
puji. Engkau pengatur langit, bumi dan segala isinya. Dan bagi-Mu
segala puji. Engkau Maha Benar, janji-Mu benar (pasti), berjumpa
dengan-Mu adalah benar, syurga benar, neraka benar, Nabi-nabi benar,
Muhammad benar, dan (tibanya) hari kiamat benar. Ya Allah, kepada-Mu
aku menyerahkan diri, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal
dan kepada-Mu aku bertobat. Aku bermusuhan karena-Mu dan kepada-Mu aku
bertahkim. Ampunilah segala perbuatan yang aku dahulukan dan yang aku
akhirkan, yang aku rahasiakan dan yang kau nyatakan. Hanya Engkaulah
Allah, tiada ilah kecuali Engkau”.
4. Memulai shalatullail dengan dua rakaat yang ringan, kemudian shalat
sesudahnya beberapa rakaat saja. Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah SAW
apabila bangun malam untuk shalat, beliau memulai (membuka) dengan dua
rakaat ringan” (HR. Muslim).
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Apabila seseorang
dari kalian bangun malam (untuk shalat), hendaklah memulai shalatnya
dengan dua rakaat yang ringan” (HR. Muslim).
5. Dianjurkan bagi suami yang bangun hendak shalat malam agar
membangunkan isterinya untuk shalat berjamaah, dan sebaliknya. Sabda
Rasulullah SAW: “Apabila suami membangunkan isterinya pada malam hari
lalu keduanya shalat atau shalat dua rakaat bersama-sama, mereka akan
dicatat sebagai orang-orang yang banyak menyebut (nama) Allah”. (HR.
Abu Daud).
6. Apabila ketika bangun tidur kita masih mengantuk, maka tinggalkanlah
shalat sampai hilang rasa kantuknya (jangan dipaksakan). Aisyah r.a.
berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang bangun pada malam
hari lalu lidahnya sulit membaca Al-Qur’an dan tidak tahu apa yang
diucapkannya, maka hendaklah dia berbaring (tidur kembali)”. (HR.
Muslim).
7. Jangan memaksa diri, artinya: kita harus memperhitungkan dan
menyesuaikan kemampuan fisik. Yang utama adalah kita tetap istiqomah
mengerjakannya walaupun sedikit. Melestarikannya lebih baik daripada
mengerjakannya secara terpaksa. Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi SAW
bersabda: “Laksanakan amalan-amalan (ibadah) dalam batas kemampuanmu
(ibadah sunnah). Demi Allah, Allah tidak akan memutus pahala sehingga
kamu memutus ibadah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan bahwa: “Amalan-amalan yang paling disukai
Allah ialah yang lestari meskipun sedikit”. (HR. Bukhari).
Nabi SAW pernah mengingatkan Abdullah bin Umar r.a. : “Wahai Abdullah,
jangan kamu meniru fulan, ia dahulu bangun malam, kini dia
meninggalkannya”. (Muttafaq’alaih).
Ibnu Mas’ud berkata, disebutkan kepada Rasulullah SAW tentang seorang
yang selalu tidur nyenyak sampai pagi (shubuh), maka Nabi bersabda:
“orang itu dikencingi telinganya (atau kedua telinganya) oleh setan”.
(HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa: “Laksanakan ibadah sesuai
kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah (bukan fardhu) lalu
meninggalkannya”.
D. WAKTU QIYAMULLAIL
Shalat malam boleh dilakukan pada
awal, pertengahan atau akhir malam dengan syarat sesudah melakukan
shalat isya. Namun, yang paling afdhal adalah pada sepertiga malam
terakhir dari malam. Apabila dilakukan sesudah bangun tidur dinamakan
tahajjud, artinya bangun tidur malam hari untuk melakukan shalat. Dari
Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW, bersabda: “Rabb kita turun ke langit
bumi tiap malam, ketika malam tinggal sepertiganya dan berseru,
Siapakah yang memohon do’a kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang
memohon sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, dan siapa yang mohon
pengampunan dari-Ku akan Kuampuni”. (HR. Al-Jamaah).
Nabi SAW bersabda:
“Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah Azza wa Jalla turun ke
langit bumi dan berfirman: Adakah orang yang berdo’a kepada-Ku, akan
Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku, akan Kuampuni
dosa-dosanya! Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya
rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang
dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?. Yang demikian
(berlaku) sampai tiba waktu fajar (shubuh)”. (HR. Ahmad).
Umar bin ‘Absah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “(Waktu) paling dekat seorang hamba Rabb-nya ialah pada
tengah malam yang akhir. Apabila kamu dapat termasuk orang yang
berzikir kepada Allah pada waktu itu, maka lakukanlah”. (HR. Al-Hakim
dan An-Nasa’i).
Abu Dzar r.a. bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam yang
paling afdhal waktunya. Beliau menjawab: Akhir tengah malam yang
tersisa, tetapi sedikit sekali orang yang mengerjakannya. (HR. Ahmad
dengan sanad jayyid).
E. PENGARUH QIYAMULLAIL PADA JIWA DAN PERJUANGAN
Firman Allah SWT sebagai suatu perintah kepada Rasulullah SAW:
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat)
pada malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya,
atau kurangilah sedikit dari seperdua itu. Atau lebih dari seperdua
itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami
akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di
waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu
lebih berkesan”. (Al-Muzzammil: 1-6).
Setelah menerima wahyu pertama, dan selama hampir setahun belum ada wahyu lagi, maka turunlah wahyu kedua:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Dan
agungkanlah Rabb-mu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah
perbuatan dosa (menyembah berhala). Dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi
perintah) Rabb-mu, bersabarlah”.
(AL-Muddatstsir: 1-7).
Ayat-ayat ini merupakan perintah berda’wah yang pertama kali,
dimulai dengan seruan yang agung untuk menghadapi tugas yang maha
berat. Kita dapat menangkap secara lebih khusus maksud ayat-ayat
tersebut sebagai perintah melaksanakan qiyamullail, shalat, membaca
Al-Qur’an dengan tartil, khusyu’ dalam berdzikir, tawakkal kepada
Allah, sabar menghadapi gangguan, menjauhi para pendusta, bersendiri
dan bersahaja hanya kepada Allah Pemberi Tugas da’wah serta risalah,
lalu menyerahkan jiwa kehadirat-Nya.
“Wahai orang-orang yang berselimut………bangunlah “. Bangun untuk
tugas besar dan berat yang sedang menantimu. Bangunlah untuk lelah,
capek dan berjuang. Waktu tidurmu sudah berakhir dan waktu istirahatmu
telah usai, kini bersiaplah.
Orang yang hidupnya hanya untuk kepentingan pribadi da keluarganya
kadangkala lebih banyak membuang waktu untuk beristirahat. Padahal
hidup yang demikian itu kecil dan kelak matinya pun kecil (tidak
bernilai). Berbeda dengan orang besar yang memikul tugas besar. Ia
kurang menikmati tidur nyenyak, istirahat atau menikmati tempat tidur
dan selimut hangat. Ia hidup tenang dan tenteram.
Rasulullah SAW menyadari hal itu, karenanya beliau berkata kepada isterinya: “Telah berlalu masa tidur, wahai Khadijah”.
Itulah persiapan agung qiyamullail yang dilakukan paling lama
separo malam atau kurang dari dua pertiganya dan paling sedikit
sepertiga malam. Semua waktu itu digunakan untuk shalat dan membaca
Al-Qur’an secara tartil dengan suara yang merdu, bertajwid, tanpa
dinyanyikan atau dibuat-buat.
Kita berqiyamullail seorang diri pada saat orang lain tidur lelap,
kita tinggalkan kesedihan dan kekeruhan hidup sehari-hari, lalu
berhubungan langsung dengan Allah, untuk menerima limpahan cahaya dan
ridha-Nya. Kita membaca Al-Qur’an pada saat seluruh alam terdiam,
hening tanpa suara. Kita berdialog dengan Allah, seolah-olah Al-Qur’an
diucapkan sendiri oleh Allah untuk kita.
Itulah pengaruh positif dan agung bagi jiwa dan persiapan
perjuangan untuk segala bentuk pengorbanan. Memang benar jika dikatakan
bahwa shalat malam mempunyai nilai khusyu’ tersendiri dan setiap bacaan
pada waktu itu terasa lebih berkesan meskipun rasa kantuk dan daya
tarik tempat tidur sangat kuat, lebih-lebih sesudah sehari penuh kita
lelah bekerja dan sibuk dalam urusan keduniaan yang serba rumit serta
membutuhkan tenaga ataupun pikiran.
Namun kondisi seperti itu tidak lagi menjadi kendala bagi orang
yang sudah punya niat untuk melaksanakan qiyamullail. Ia dengan ikhlas
menyambut seruan Allah dengan manisnya zikir, dengan khusyu’nya shalat,
dan dengan rasa haru dan tangis sehingga ia memperoleh ketenangan
bathin yang kadang kala tidak diperolehnya pada shalat-shalat di siang
hari.
Allah SWT menciptakan hati manusia mengetahui sepenuhnya getaran
dan jalur yang lebih berkesan dan kapan hati dapat terbuka serta
menyerap lebih mudah. Sungguh disayangkan bila shalat malam tidak
dikerjakan dengan sepenuh hati, sehingga terjadi kebutaan dalam bacaan,
ruku’, sujud yang kosong dari khusyu’.
F. KIAT-KIAT MELAKSANAKAN QIYAMULLAIL
1. Berwudhu dan berdo’a sebelum tidur
2. Tidur di awal malam, tidak menunda-nunda tidur untuk hal-hal yang
tidak bermanfaat (begadang). Tidur paling telat pada pukul 23.00.
3. Makan malam tidak sampai kekenyangan, karena makan berlebihan akan menyebabkan kemalasan
4. Membaca ta’awudz secara berulang-ulang
5. Membangun motivasi kuat untuk mengalahkan kemalasan
6. Meyakini bahwa qiyamullail memiliki kekuatan khas yang mempu memberikan solusi terhadap permasalahan
7. Mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan untuk menghindari kelelahan
8. Menjauhi maksiat dan perbuatan dosa
9. Mengawali tidur dengan membaca tasbih 33x, hamdalah 33x, takbir 33x,
istighfar dan tahlil, surat Al-Fatihah, ayat kursi, surat Al-Kafirun,
Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.
10. Berniat untuk bangun melaksanakan qiyamullail dan berdo’a dengan
penuh keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan hidayah dan kekuatan
untuk bangun shalat malam
11. Menjadikan shalat malam sebagai tempat muraja’ah hafalan
12. Membiasakan diri untuk menghukum diri sendiri apabila tidak
melaksanakan suatu azzam terlebih lagi jika ia merupakan suatu
kewajiban yang ditinggalkan
13. Memperbanyak istighfar
14. Meyakini bahwa beraktifitas setelah qiyamullail mempunyai kelebihan
tersendiri dan mampu memberikan nilai lebih dari yang lainnya.
Adapun beberapa ahli ibadah juga menggunakan trik-trik khusus dan aneh
untuk dapat bangun melaksanakan shalat malam, yaitu antara lain dengan
cara:
1. Melaksanakan shalat Isya pada saat bangun malam (didahului oleh
tidur). Cara ini cukup beresiko, karena harus didasari keyakinan dan
ilham yang sudah mendarah daging. Resikonya adalah tidak bangun sesuai
dengan yang diharapkan, sehingga shalat isya’ yang fardhu tidak
dilaksanakan karena kesalahan yang manusiawi.
2. Tidur dengan cara dan perlakuan khusus, misalnya: tidur tidak pakai
bantal, tidur sambil duduk, tidur diatas tikar, tidur diatas lantai
atau di tempat yang keras, dll.
3. Mengajak teman-teman untuk menginap di rumah dan melaksanakan qiyamullail bersama-sama.
4. Membuat kesepakatan dengan teman-teman untuk saling membangunkan dan
jika memiliki telepon, saling kontak untuk bangun malam dapat dilakukan.
5. Senantiasa mengikuti mabit-mabit yang diadakan Ikhwah
6. Ketika terjaga pada saat awal, langsung teriak Allahu Akbar dan
kalau masih ngantuk langsung minum air dingin dan berolah raga
secukupnya.
7. Menggunakan jam weker dengan suara yang cukup untuk membangunkan kita dari tidur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar