Kamis, 02 Februari 2012

URGENSI QIYAMULLAIL

A. KEUTAMAAN QIYAMULLAIL MENURUT AL-QUR’AN

1. Merupakan perintah Allah kepada Rasulullah SAW
“Dan pada sebagian malam hari, shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, semoga Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”
(Q.S. Al-Isra’ : 79)
Ini merupakan perintah Allah khusus kepada Rasulullah SAW, tetapi sebagai generasinya kita semestinya mengikuti tuntunan dan meneladaninya.

2. Membiasakan diri melakukan qiyamullail adalah ciri-ciri orang baik yang patut mendapatkan kebaikan dan rahmat Allah.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (syurga) dan di mata ari-mata air seraya mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)”. (Q.S. Adz-Dzariyat : 15 – 18).

3. Allah SWT memuji mereka dan memasukkan mereka ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang berbakti.
“Dan hamba-hamba Rabb yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang-orang yang melewatkan malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka”. (Q.S. Al-Furqan : 63-64)

4. Allah SWT memberi kesaksian bahwa mereka beriman kepada ayat-ayat-Nya.
“Sesunggguhnya orang-orang yang beriman dengan ayt-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (Kami) mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. As-Sajdah : 15-17).


5. Allah SWT menolak menyamakan mereka dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat seperti mereka.
“(Apakah kamu, hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya? Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az-Zumar : 9)

6. Menjadikan seseorang sabar dan kokoh imannya
“Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Rabb-mu, dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang berdosa dan orang kafir diantara mereka. Dan sebutlah nama Rabb-mu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang di malam hari”. (Q.S. Al-Insan : 24-26)


B. KEUTAMAAN QIYAMULLAIL MENURUT AS-SUNNAH

1. Allah SWT senang dan meridhoi mereka.
“Tiga orang yang diridhoi Allah, seorang yang pada tengah malam bangun dan shalat, suatu kaum (jamaah) yang bershaf untuk shalat dan suatu kaum yang berbaris untuk berperang (fi sabilillah)”. (HR. Abu Ya’la)

2. Sahabat Salman Al-Farisi r.a. berkata: Rasulullah bersabda: “Hendaklah kamu melakukan qiyamullail, karena ia sesungguhnya kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu; dapat mendekatkan kamu kepada Rabb-mu; menghapus keburukan-keburukan; mencegah dari perbuatan dosa dan mengusir penyakit dari tubuh”.

3. Sahabat Sahal bin Saad r.a. berkata: Rasulullah didatangi Malaikat Jibril yang kemudian berkata kepadanya: “Hiduplah sesukamu, namun engkau pasti mati. Berbuatlah sesukamu, namun engkau pasti diganjar (baik atau buruk); dan cintailah siapa yang engkau sukai, namun pasti engkau akan berpisah dengannya. Ketahuilah, kemuliaan seorang mukmin tergantung dari shalat malamnya, dan kehormatannya (harga dirinya) tergantung dari ketidakbutuhannya kepada orang lain”. (HR. Thabrani)

4. Sahabat Abdullah bin Muslim berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Wahai manusia, sebar luaskanlah salam, berilah santunan makanan, hubungkanlah tali silaturrahim, dan kerjakanlah shalat malam pada saat orang-orang lain sedang tidur, niscaya kalian masuk syurga dengan tenteram”. (HR. Al-Hakim, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

5. Aisyah r.a. berkata: Adalah Nabi SAW bangun shalat malam hingga merekah kakinya, maka saya tegur: Mengapakah berbuat demikian padahal Tuhan telah mengampunkan bagimu dosa yang telah lalu dan yang akan datang? Jawab Nabi: Tidakkah sudah selayaknya saya menjadi hamba yang bersyukur kepada-Nya. (HR. Bukhari-Muslim).

6. Ali r.a. berkata: Ketika ia tidur bersama Fatimah tiba-tiba Nabi SAW mengetuk pintunya sambil berkata: Tidakkah bangun kamu untuk shalat berdua. (Bukhari-Muslim).

7. Salim bin Abdullah bin Umar r.a. berkata: Ayah bercerita kepada saya bahwa Rasulullah SAW berkata: Sebaik-baik orang Abdullah, andaikan ia suka shalat malam. Berkata Salim: maka sejak itu Abdullah tiada tidur malam kecuali sedikit sekali. (Bukhari-Muslim).

8. Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW berkata kepadanya: Hai Abdullah jangan kau meniru Fulan, dahulunya ia bangun shalat malam, dan kini meninggalkan shalat malam. (Bukhari-Muslim).

9. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Diceritakan kepada Rasulullah SAW, ada orang ketiduran hingga pagi. Berkata Nabi: Itu orang telah dikencingi oleh syetan, telinganya. (Bukhari-Muslim).

10. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Syaitan mengikat di atas kepala salah satu kamu jika ia tidur, tiga bundelan, pada tiap bundelan ia berkata: Masih jauh malam, maka tidurlah. Maka apabila bangun dan berdzikir, terlepas satu bundelan; dan jika berwudlu terlepas bundelan yang kedua, kemudian jika ia shalat terlepas semua bundelan itu, sehingga ia berpagi-pagi tangkas riang gembira dan lapang dada, kalau tidak, maka ia sempit dada dan malas. (HR. Bukhari-Muslim).

11. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Seutama-utama puasa sesudah puasa Ramadhan ialah puasa sunnat pada bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu malam. (HR. Muslim).

12. Ibnu Umar r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Shalat malam itu dua-dua rakaat, maka apabila kuatir kedahuluan subuh berwitirlah dengan satu rakaat. (HR. Bukhari-Muslim).

13. Anas r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW makan dalam sebulan hingga kita sangka beliau tidak pernah puasa, dan adakalanya puasa pada bulan itu hingga kami mengira bahwa beliau tidak pernah makan (tidak puasa). Demikian pula di waktu malam bila kau ingin melihat shalat Nabi pasti kau dapat melihatnya, demikian pula bila kau ingin melihat tidur Nabi akan dapat melihatnya. (HR. Bukhari).

14. Aisyah r.a. berkata: Biasa Rasulullah SAW shalat malam sebelas rakaat, sujud satu kali sama dengan orang membaca lima puluh ayat dari Qur’an, dan itu belum mengangkat kepala dari sujudnya, kemudian shalat dua rakaat sebelum fajar (shalat shubuh), kemudian berbaring pada pinggang kanannya, hingga datang mua’adzin memberitahu akan iqomat untuk shalat. Yakni untuk shalat shubuh. (HR. Bukhari).

15. Aisyah r.a. berkata: Rasulullah SAW tidak melebihi dari sebelas rakaat shalat malam, baik di bulan Ramadhan atau lainnya, shalat empat rakaat yang cukup lama dan sempurna (khusyu’), kemudian empat rakaat yang sama lama dan sempurna khusyu’nya, kemudian shalat tiga rakaat. Akupun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah apakah kau akan tidur sebelum witir? Jawabnya: Hai Aisyah, kedua mataku terpejam, tetapi hatiku tetap tidak tidur. (HR. Bukhari-Muslim).

16. Aisyah r.a. berkata: Biasa Nabi SAW tidur pada permulaan malam, dan bangun pada akhir malam untuk shalat. (HR. Bukhari-Muslim).

17. Ibnu Mas’ud r.a. berkata: Pada suatu malam aku shalat bersama Nabi SAW dan terlampau lama berdiri, sehingga timbul niat yang tidak baik bagiku. Ketika ditanya: apakah niatmu? Jawab Ibnu Mas’ud: saya niat akan duduk meninggalkan Rasulullah SAW. (HR. Bukhari-Muslim).

18. Jabir r.a. berkata: Rasulullah SAW ditanya: Apakah yang utama dalam shalat itu? Jawab Nabi: Lama berdiri. (HR. Muslim).

19. Abdullah bin Amru bin Al-‘Ash r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Shalat yang paling disukai Allah ialah shalat Nabi Dawud, demikian juga puasa yang disukai Allah ialah puasa Nabi Dawud. Ia tidur setengah malam dan bangun sepertiganya, dan tidur seperenamnya. Dan puasa sehari berbuka sehari. (HR. Bukhari-Muslim).

20. Jabir r.a. berkata: Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: Pada waktu malam ada saat tiada seorang muslim yang dapat menemukannya lalu ia sedang meminta kepada Allah sesuatu kebaikan, melainkan pasti akan diberinya, baik kebaikan soal keduniaan atau akherat, dan saat itu pada tiap malam. (HR. Muslim).

21. Abu Hurairah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika bangun salah satu kamu untuk shalat malam, hendaknya mendahului shalatnya dengan dua rakaat. (HR. Muslim).

22. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika bangun shalat malam membuka shalat dengan dua rakaat yang ringan. (HR. Muslim).

23. Aisyah r.a. berkata: Adalah Rasulullah SAW jika tidak shalat malam karena sakit atau lain-lainnya, maka dibayarnya dengan shalat pada siang harinya dua belas rakaat. (HR. Muslim).

24. Umar bin Al-Khattab r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Siapa yang ketiduran hingga tidak membaca wiridnya (hizibnya) atau sesuatu kebiasaan amal kebaikan, lalu dibacanya diantara shubuh dan dhuhur, maka tertulis baginya sama dengan dibacanya pada waktu malam. (HR. Muslim).

25. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Allah kasih pada orang laki-laki yang bangun shalat malam dan membangunkan istrinya. Jika tidak suka bangun disiram air mukanya. Demikian pula Allah kasih pada perempuan yang bangun shalat malam dan membangunkan suaminya. Jika menolak maka disiramkan air di mukanya. (HR. Abu Daud).

26. Abu Hurairah r.a. dan Abu Sa’id r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam, hingga shalat keduanya dua rakaat, maka tercatat keduanya dalam golongan yang selalu berdzikir. (HR. Abu Dawud).

27. Aisyah r.a. berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika mengantuk salah satu kamu dalam shalat, maka harus tidur, hingga hilang rasa ngantuknya. Sebab seseorang jika shalat sambil mengantuk, mungkin akan membaca istighfar berbalik mengutuk dirinya sendiri. (HR. Bukhari-Muslim).

28. Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jika bangun salah satu kamu pada waktu malam untuk shalat, tiba-tiba berat bagi lidahnya membaca Qur’an, karena masih ngantuk, hingga tidak mengerti apa yang dibacanya, hendaknya kembali berbaring tidur. (HR. Muslim).


C. ADAB QIYAMULLAIL

1. Berniat melakukannya sebelum tidur. Dari sahabat Abi Darda r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Barang siapa mendatangi tempat tidurnya dengan niat akan bangun tengah malam dan shalat lalu tertidur sampai pagi, maka dicatatkan pahala atas niat dan tidurnya sebagai sadaqah dari Rabb-nya”. (HR. Annasa’I dan Ibnu Majah).

2. Berusaha menghapus rasa kantuk setelah bangun tidur, lalu menggosok gigi (bersiwak). Setelah berdo’a sebagaimana Nabi SAW berdo’a: “Tidak ada Rabb kecuali Engkau. Maha suci Engkau. Ya Allah, aku mohon ampunan-Mu atas dosaku, dan aku mohon rahmat-Mu. Ya Allah, tambahkanlah ilmu bagiku dan jangan Engkau memalingkan hatiku sesudah Engkau memberiku hidayah, dan karuniakanlah dari sisi-Mu rahmat, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Rahmat. Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah mematikan kami dan kepada-Nya-lah kami dihimpun”. (HR. Abu Daud).

3. Berdo’a lagi dengan lafadz: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji. Engkau (Pemberi) cahaya bagi langit, bumi dan segala isinya. Bagi-Mu segala puji. Engkau pengatur langit, bumi dan segala isinya. Dan bagi-Mu segala puji. Engkau Maha Benar, janji-Mu benar (pasti), berjumpa dengan-Mu adalah benar, syurga benar, neraka benar, Nabi-nabi benar, Muhammad benar, dan (tibanya) hari kiamat benar. Ya Allah, kepada-Mu aku menyerahkan diri, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku bertawakkal dan kepada-Mu aku bertobat. Aku bermusuhan karena-Mu dan kepada-Mu aku bertahkim. Ampunilah segala perbuatan yang aku dahulukan dan yang aku akhirkan, yang aku rahasiakan dan yang kau nyatakan. Hanya Engkaulah Allah, tiada ilah kecuali Engkau”.

4. Memulai shalatullail dengan dua rakaat yang ringan, kemudian shalat sesudahnya beberapa rakaat saja. Aisyah r.a. berkata: “Rasulullah SAW apabila bangun malam untuk shalat, beliau memulai (membuka) dengan dua rakaat ringan” (HR. Muslim).
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Apabila seseorang dari kalian bangun malam (untuk shalat), hendaklah memulai shalatnya dengan dua rakaat yang ringan” (HR. Muslim).

5. Dianjurkan bagi suami yang bangun hendak shalat malam agar membangunkan isterinya untuk shalat berjamaah, dan sebaliknya. Sabda Rasulullah SAW: “Apabila suami membangunkan isterinya pada malam hari lalu keduanya shalat atau shalat dua rakaat bersama-sama, mereka akan dicatat sebagai orang-orang yang banyak menyebut (nama) Allah”. (HR. Abu Daud).

6. Apabila ketika bangun tidur kita masih mengantuk, maka tinggalkanlah shalat sampai hilang rasa kantuknya (jangan dipaksakan). Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila seorang bangun pada malam hari lalu lidahnya sulit membaca Al-Qur’an dan tidak tahu apa yang diucapkannya, maka hendaklah dia berbaring (tidur kembali)”. (HR. Muslim).

7. Jangan memaksa diri, artinya: kita harus memperhitungkan dan menyesuaikan kemampuan fisik. Yang utama adalah kita tetap istiqomah mengerjakannya walaupun sedikit. Melestarikannya lebih baik daripada mengerjakannya secara terpaksa. Aisyah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Laksanakan amalan-amalan (ibadah) dalam batas kemampuanmu (ibadah sunnah). Demi Allah, Allah tidak akan memutus pahala sehingga kamu memutus ibadah”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan bahwa: “Amalan-amalan yang paling disukai Allah ialah yang lestari meskipun sedikit”. (HR. Bukhari).
Nabi SAW pernah mengingatkan Abdullah bin Umar r.a. : “Wahai Abdullah, jangan kamu meniru fulan, ia dahulu bangun malam, kini dia meninggalkannya”. (Muttafaq’alaih).
Ibnu Mas’ud berkata, disebutkan kepada Rasulullah SAW tentang seorang yang selalu tidur nyenyak sampai pagi (shubuh), maka Nabi bersabda: “orang itu dikencingi telinganya (atau kedua telinganya) oleh setan”. (HR. Bukhari-Muslim).
Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa: “Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah (bukan fardhu) lalu meninggalkannya”.



D. WAKTU QIYAMULLAIL

Shalat malam boleh dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir malam dengan syarat sesudah melakukan shalat isya. Namun, yang paling afdhal adalah pada sepertiga malam terakhir dari malam. Apabila dilakukan sesudah bangun tidur dinamakan tahajjud, artinya bangun tidur malam hari untuk melakukan shalat. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW, bersabda: “Rabb kita turun ke langit bumi tiap malam, ketika malam tinggal sepertiganya dan berseru, Siapakah yang memohon do’a kepada-Ku akan Kukabulkan, siapa yang memohon sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, dan siapa yang mohon pengampunan dari-Ku akan Kuampuni”. (HR. Al-Jamaah).

Nabi SAW bersabda:
“Apabila tersisa sepertiga dari malam hari Allah Azza wa Jalla turun ke langit bumi dan berfirman: Adakah orang yang berdo’a kepada-Ku, akan Kukabulkan? Adakah orang yang beristighfar kepada-Ku, akan Kuampuni dosa-dosanya! Adakah orang yang mohon rezeki kepada-Ku akan Kuberinya rezeki? Adakah orang yang mohon dibebaskan dari kesulitan yang dialaminya akan Kuatasi kesulitan-kesulitannya?. Yang demikian (berlaku) sampai tiba waktu fajar (shubuh)”. (HR. Ahmad).

Umar bin ‘Absah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “(Waktu) paling dekat seorang hamba Rabb-nya ialah pada tengah malam yang akhir. Apabila kamu dapat termasuk orang yang berzikir kepada Allah pada waktu itu, maka lakukanlah”. (HR. Al-Hakim dan An-Nasa’i).

Abu Dzar r.a. bertanya kepada Rasulullah SAW tentang shalat malam yang paling afdhal waktunya. Beliau menjawab: Akhir tengah malam yang tersisa, tetapi sedikit sekali orang yang mengerjakannya. (HR. Ahmad dengan sanad jayyid).


E. PENGARUH QIYAMULLAIL PADA JIWA DAN PERJUANGAN

Firman Allah SWT sebagai suatu perintah kepada Rasulullah SAW:
“Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk shalat) pada malam hari kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya, atau kurangilah sedikit dari seperdua itu. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan”. (Al-Muzzammil: 1-6).

Setelah menerima wahyu pertama, dan selama hampir setahun belum ada wahyu lagi, maka turunlah wahyu kedua:
“Hai orang yang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Rabb-mu. Dan bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah perbuatan dosa (menyembah berhala). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah”.
(AL-Muddatstsir: 1-7).

Ayat-ayat ini merupakan perintah berda’wah yang pertama kali, dimulai dengan seruan yang agung untuk menghadapi tugas yang maha berat. Kita dapat menangkap secara lebih khusus maksud ayat-ayat tersebut sebagai perintah melaksanakan qiyamullail, shalat, membaca Al-Qur’an dengan tartil, khusyu’ dalam berdzikir, tawakkal kepada Allah, sabar menghadapi gangguan, menjauhi para pendusta, bersendiri dan bersahaja hanya kepada Allah Pemberi Tugas da’wah serta risalah, lalu menyerahkan jiwa kehadirat-Nya.

“Wahai orang-orang yang berselimut………bangunlah “. Bangun untuk tugas besar dan berat yang sedang menantimu. Bangunlah untuk lelah, capek dan berjuang. Waktu tidurmu sudah berakhir dan waktu istirahatmu telah usai, kini bersiaplah.

Orang yang hidupnya hanya untuk kepentingan pribadi da keluarganya kadangkala lebih banyak membuang waktu untuk beristirahat. Padahal hidup yang demikian itu kecil dan kelak matinya pun kecil (tidak bernilai). Berbeda dengan orang besar yang memikul tugas besar. Ia kurang menikmati tidur nyenyak, istirahat atau menikmati tempat tidur dan selimut hangat. Ia hidup tenang dan tenteram.

Rasulullah SAW menyadari hal itu, karenanya beliau berkata kepada isterinya: “Telah berlalu masa tidur, wahai Khadijah”.

Itulah persiapan agung qiyamullail yang dilakukan paling lama separo malam atau kurang dari dua pertiganya dan paling sedikit sepertiga malam. Semua waktu itu digunakan untuk shalat dan membaca Al-Qur’an secara tartil dengan suara yang merdu, bertajwid, tanpa dinyanyikan atau dibuat-buat.

Kita berqiyamullail seorang diri pada saat orang lain tidur lelap, kita tinggalkan kesedihan dan kekeruhan hidup sehari-hari, lalu berhubungan langsung dengan Allah, untuk menerima limpahan cahaya dan ridha-Nya. Kita membaca Al-Qur’an pada saat seluruh alam terdiam, hening tanpa suara. Kita berdialog dengan Allah, seolah-olah Al-Qur’an diucapkan sendiri oleh Allah untuk kita.

Itulah pengaruh positif dan agung bagi jiwa dan persiapan perjuangan untuk segala bentuk pengorbanan. Memang benar jika dikatakan bahwa shalat malam mempunyai nilai khusyu’ tersendiri dan setiap bacaan pada waktu itu terasa lebih berkesan meskipun rasa kantuk dan daya tarik tempat tidur sangat kuat, lebih-lebih sesudah sehari penuh kita lelah bekerja dan sibuk dalam urusan keduniaan yang serba rumit serta membutuhkan tenaga ataupun pikiran.

Namun kondisi seperti itu tidak lagi menjadi kendala bagi orang yang sudah punya niat untuk melaksanakan qiyamullail. Ia dengan ikhlas menyambut seruan Allah dengan manisnya zikir, dengan khusyu’nya shalat, dan dengan rasa haru dan tangis sehingga ia memperoleh ketenangan bathin yang kadang kala tidak diperolehnya pada shalat-shalat di siang hari.

Allah SWT menciptakan hati manusia mengetahui sepenuhnya getaran dan jalur yang lebih berkesan dan kapan hati dapat terbuka serta menyerap lebih mudah. Sungguh disayangkan bila shalat malam tidak dikerjakan dengan sepenuh hati, sehingga terjadi kebutaan dalam bacaan, ruku’, sujud yang kosong dari khusyu’.


F. KIAT-KIAT MELAKSANAKAN QIYAMULLAIL

1. Berwudhu dan berdo’a sebelum tidur
2. Tidur di awal malam, tidak menunda-nunda tidur untuk hal-hal yang tidak bermanfaat (begadang). Tidur paling telat pada pukul 23.00.
3. Makan malam tidak sampai kekenyangan, karena makan berlebihan akan menyebabkan kemalasan
4. Membaca ta’awudz secara berulang-ulang
5. Membangun motivasi kuat untuk mengalahkan kemalasan
6. Meyakini bahwa qiyamullail memiliki kekuatan khas yang mempu memberikan solusi terhadap permasalahan
7. Mengurangi aktifitas fisik yang berlebihan untuk menghindari kelelahan
8. Menjauhi maksiat dan perbuatan dosa
9. Mengawali tidur dengan membaca tasbih 33x, hamdalah 33x, takbir 33x, istighfar dan tahlil, surat Al-Fatihah, ayat kursi, surat Al-Kafirun, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas.
10. Berniat untuk bangun melaksanakan qiyamullail dan berdo’a dengan penuh keyakinan bahwa Allah pasti akan memberikan hidayah dan kekuatan untuk bangun shalat malam
11. Menjadikan shalat malam sebagai tempat muraja’ah hafalan
12. Membiasakan diri untuk menghukum diri sendiri apabila tidak melaksanakan suatu azzam terlebih lagi jika ia merupakan suatu kewajiban yang ditinggalkan
13. Memperbanyak istighfar
14. Meyakini bahwa beraktifitas setelah qiyamullail mempunyai kelebihan tersendiri dan mampu memberikan nilai lebih dari yang lainnya.

Adapun beberapa ahli ibadah juga menggunakan trik-trik khusus dan aneh untuk dapat bangun melaksanakan shalat malam, yaitu antara lain dengan cara:
1. Melaksanakan shalat Isya pada saat bangun malam (didahului oleh tidur). Cara ini cukup beresiko, karena harus didasari keyakinan dan ilham yang sudah mendarah daging. Resikonya adalah tidak bangun sesuai dengan yang diharapkan, sehingga shalat isya’ yang fardhu tidak dilaksanakan karena kesalahan yang manusiawi.
2. Tidur dengan cara dan perlakuan khusus, misalnya: tidur tidak pakai bantal, tidur sambil duduk, tidur diatas tikar, tidur diatas lantai atau di tempat yang keras, dll.
3. Mengajak teman-teman untuk menginap di rumah dan melaksanakan qiyamullail bersama-sama.
4. Membuat kesepakatan dengan teman-teman untuk saling membangunkan dan jika memiliki telepon, saling kontak untuk bangun malam dapat dilakukan.
5. Senantiasa mengikuti mabit-mabit yang diadakan Ikhwah
6. Ketika terjaga pada saat awal, langsung teriak Allahu Akbar dan kalau masih ngantuk langsung minum air dingin dan berolah raga secukupnya.
7. Menggunakan jam weker dengan suara yang cukup untuk membangunkan kita dari tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar